Korespondensi dalam kegiatan perkantoran diartikan sebagai
teknik membuat surat dan berkomunikasi dengan surat. Sedangkan pengertian surat
adalah alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan
kepada pihak lain dengan tujuan menyampaikan informasi. Apabila surat dari satu
pihak kepada pihak lain itu berisi informasi yang menyangkut kepentingan tugas
dan kegiatan instansi yang bersangkutan, surat semacam itu disebut surat dinas
atau surat resmi (Sutrisno dan Renaldi, 2006).
Surat dinas ialah surat yang dipergunakan untuk kepentingan
pekerjaan, tugas dari kantor, atau kegiatan dinas. Surat ini berasal dari
instansi atau lembaga baik swasta maupun negeri. Contoh: surat tugas, surat
perintah, memorandum, dan surat keputusan. Surat dinas yang berifat
perseorangan ialah surat lamaran pekerjaan, surat permohonan izin, dan surat
permohonan cuti.
Dalam perkembangannya, tampak bahwa penerbit surat dinas
tidak hanya instansi pemerintah. Sabariyanto (1998) mengemukakan bahwa dalam
urusan kedinasan biasa ditemukan surat izin untuk tidak masuk kerja. Surat
semacam itu tidak semata-mata mengutarakan masalah pribadi, tetapi lebih cenderung
berisi masalah kedinasan sebab pembuat surat adalah seorang PNS, masalah yang
dikemukakan dalam surat itu berkaitan dengan pekerjaannya, dan pengajuan izin
semacam itu didasari undang undang. Oleh karena itu, surat izin semacam itu
pantas disebut sebagai surat dinas.
Pengurusan surat sering juga disebut dengan istilah Mail
Handling, yang merupakan kegiatan mengirimkan informasi tertulis dari satu
tempat ke tempat lain. Dengan kata lain, kegiatan pengurusan surat bukan hanya
menerima surat masuk dan mengirimkan surat keluar saja. Tetapi, kegiatan
pengurusan surat juga meliputi mengarahkan dan menyalurkan surat ke unit-unit
kerja dalam lingkungan suatu organisasi atau lembaga.
Surat-surat masuk adalah semua surat dinas yang diterima
oleh suatu instansi pemerintah. Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian,
penerimaan, pengelolaan surat masuk dipusatkan di bagian tata usaha atau
sekretariat pimpinan. Oleh karena itu, jika seorang PNS, dari bagian mana pun,
menerima surat masuk dari instansi luar maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menyerahkan surat masuk itu pada bagian tata usaha atau
sekretariat.
Setelah surat-surat itu diterima oleh Bagian Penerimaan
Surat, selanjutnya surat itu diadakan pengolahan sebagai berikut :
1. Penyortiran surat
Langkah yang pertama-tama dilakukan oleh Bagian Penerimaan
Surat adalah memilah-milahkan surat. Surat dapat dipilah berdasarkan :
a. Unit Organisasi
Surat-surat dikelompokkan menurut tujuan surat, yaitu kepada
pimpinan dan kepada unit organisasi di mana surat itu ditujukan.
b. Macamnya
Surat-surat di dikelompokkan menurut kelompok surat dinas,
wesel, giro, surat pribadi, surat dinas, surat tercatat, dan sebagainya.
c. Klasifikasinya
Pemilahan selanjutnya, terutama surat-surat dinas
dikelompokkan menurut surat kila/sangat segera (harus diterima dalam waktu 1 x
24 jam), surat segera (diterima maksimal 2 x 24 jam), dan biasa (maksimal 5
hari harus diterima).
d. Kualifikasinya
Selanjutnya surat dikelompokkan menurut surat sangat rahasia
(kode SR = membahayakan keselamatan negara), surat rahasia (kode R =
menimbulkan kerugian negara), surat terbatas/ konfidensial (kode K = hanya
diketahui pejabat tertentu), surat biasa (kode B ).
e. Urgensinya
Surat-surat dikelompokkan teleks, faksimile, telegram,
radiogram, surat kawat.
Pengelompokan semacam ini maksudnya untuk membantu
memudahkan dalam penanganan selanjutnya; yaitu selain dapat diketahui ke mana
surat itu harus disampaikan, tapi juga dapat diketahui surat-surat yang
penyampaiannya harus didahulukan.
2. Pembukaan sampul
Setelah surat-surat itu dipilah-pilahkan seperti di atas,
selanjutnya dilakukan pembukaan sampul. Semua surat-surat yang bersampul dibuka
dengan teliti kecuali surat-surat rahasia dan surat-surat pribadi.
Langkah pembukaan surat yang paling baik hendaknya dilakukan
seperti berikut :
a. Surat yang bersampul tertutup memanjang, sebaiknya dibuka
dengan menggunakan pisau. Caranya yaitu letakkan surat itu di atas meja, bagian
penutup amplop ada di sebelah atas. Tindih surat dengan tangan kiri dan
masukkan pisau ke dalam bagian penutup sampul, kemudian dorong pisau sampai
memotong tutup sampul surat. Yakinkan agar surat di dalam jangan sampai
terpotong.
b. Sampul yang tertutup melebar, sebaiknya dibuka dengan
menggunakan gunting. Geserkan surat yang ada dalam sampul ke arah bagian yang
tidak akan digunting. Caranya yaitu dirikanlah amplop surat, kemudian
dihentak-hentakkan perlahan-lahan ke meja. Peganglah surat dengan tangan kiri,
selanjutnya dengan menggunakan tangan kanan, potonglah bagian ujung sampul
surat dengan gunting.
Saat ini telah tersedia alat pembuka amplop yang digerakkan
secara elektronik yakni pegawai hanya memasukkan ujung amplop yang akan dibuka,
letakkan secara perlahan dan pastikan tidak sampai merusak surat yang ada di
dalamnya. Alat tersebut akan membuka amplop surat tersebut dengan mudah dan
cepat.
3. Mengeluarkan surat dari sampul
Langkah berikutnya yaitu mengeluarkan surat-surat dari
masing-masing sampulnya yang telah dibuka. Mengeluarkan surat dari dalam
sampulnya harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai surat itu terkoyak
atau robek karena ada kemungkinan surat itu masih menyangkut kesampulnya. Cara
yang baik, lakukanlah seperti berikut :
a. Untuk surat yang sampulnya terbuka memanjang,
renggangkanlah bagian yang terbuka dengan ibu jari kedua tangan, dan ambillah
surat dari dalam sampulnya dengan jari-jari tangan kanan. Pastikan bahwa semua
surat yang ada dalam sampul telah dikeluarkan.
b. Untuk surat yang sampulnya melebar, tekanlah kedua sisi
sampul dengan jari-jari tangan kiri hingga bekas mengguntingnya terbuka.
Balikkan amplop surat hingga bagian bekas mengguntingnya ada di bagian bawah,
kemudian ambil ah surat dari dalam sampul. Pastikan bahwa semua isi sampul
telah dikeluarkan dengan baik, jangan sampai ada yang tertinggal.
4. Pembacaan surat
Surat-surat yang telah dikeluarkan dari sampulnya, kemudian
dibaca dan diteliti apakah surat-surat tersebut ada alamat dalamnya atau tidak,
apakah surat-surat itu ditujukan kepada pimpinan atau langsung kepada
pejabat/unit yang menangani masalahnya, apakah surat-surat itu ada lampirannya
atau tidak, apakah surat itu terdiri dari satu lembar atau lebih dan penelitian
lain-lain yang ada kaitannya dengan surat tersebut.
Apabila surat itu ada alamat dalamnya, maka sampul surat
dapat dipisahkan dan bila tidak ada alamat dalamnya, maka sampul surat harus
dilekatkan kepada surat tersebut dengan menggunakan stapler. Selanjutnya
diteliti apakah surat itu untuk pimpinan atau pejabat/unit yang menangani
masalahnya. Di samping itu diteliti apakah surat itu ada lampirannya atau
tidak. Bila ada, agar dicocokkan dengan keterangannya dan bila lampirannya ini
ternyata tidak sesuai, agar dicatat bahwa lampirannya tidak sama. Demikian juga
bila surat terdiri lebih dari satu lembar, agar diusahakan jangan sampai
terpisah antara lembar yang satu dengan lembar lainnya.
5. Pencatatan surat
Surat yang sudah diolah seperti tersebut di atas,
selanjutnya dicatat dalam buku agenda menurut klasifikasi dan kualifikasi masing-masing
surat. Di bawah ini contoh kolom dalam buku agenda surat masuk.
Tanggal Penerimaan Surat Masuk
Nomor Urut Agenda
Tanggal dan Nomor Kode Surat Masuk
Alamat Pengirim
Hal
Lampiran
Isi Disposisi
Ket.
Pencatatan surat sangat diperlukan untuk mempermudah
pengendalian surat-surat tersebut. Pencatatan surat masuk pada buku agenda
dimulai dari nomor 1 pada bulan Januari dan berakhir nomor terakhir dalam satu
tahun, yaitu nomor terakhir pada tanggal 31 Desember. Pencatatan surat masuk
selalu dilakukan pada setiap terjadi pemindahan dan penyimpanan.
6. Pembagian Surat
Setelah surat-surat dicatat dalam buku agenda atau Kartu
Kendali seperti tersebut di atas, kemudian surat-surat itu dikirim kepada pihak
yang dituju oleh surat-surat tersebut. Surat untuk pimpinan disampaikan kepada
sekretaris pimpinan dan surat-surat untuk pejabat-pejabat/unit yang dimaksudkan
oleh surat, disampaikan kepada petugas atau sekretaris pejabat yang
bersangkutan. Untuk pengiriman, dilakukan lagi pencatatan dengan menggunakan
buku pengiriman/buku ekspedisi. Petugas/sekretaris pimpinan yang menerima surat
harus membubuhkan tanda terima pada buku ekspedisi.
No comments:
Post a Comment